KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan karunianya sehingga
kami dapat menyusun tugas ini tepat pada waktunya. Dalam penyusunan tugas
ini,kami banyak mendapatkan tantangan dan hambatan akan tetapi dengan berdiskusi maka tantangan itu bisa teratasi.
Tidak
lupa kami mengucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah Bimbingan Konseling
Belajar yang telah membantu dan membimbing kami dalam mengerjakan tugas ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman – teman mahasiswa yang juga
memberi kontribusi baik langsung maupun
tidak langsung.
Tentunya
ada hal-hal yang ingin kami berikan kepada teman-teman dari hasil tugas diskusi
ini. Karena itu kami berharap semoga hasil tugas ini dapat menjadi sesuatu yang
berguna bagi kita bersama.
Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi bentuk
maupun materinya. Kritik yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan tugas selanjutnya,
Akhir
kata semoga tugas ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Yogyakarta, April 2015
Penyusun
DAFTAR
ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Belajar
adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsure yang sangat fundamental
dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. ini berarti bahwa
berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada
proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada dalam sekolah maupun
di lingkungan rumah atau keluarga sendiri.
Pada
masa sekarang ini banyak sekali anak-anak mengalami kesulitan dalam belajar.
Hal tersebut tidak hanya dialami oleh siswa-siswa yang berkemampuan kurang saja.
Hal tersebut juga dialami oleh siswa-siswa yang berkemampuan tinggi. Selain
itu, siswa yang berkemampuan rata-rata juga mengalami kesulitan dalam belajar.
Sedang yang namanya kesulitan belajar itu merupakan kondisi proses belajar yang
ditandai oleg hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai kesuksesan.
Kesulitan
belajar ini tidak selalu disebabkan oleh faktor intelegensi yang rendah
(kelainan mental) akan tetapi juga disebabkan oleh faktor-faktor
non-intelegensi. Dengan demikian, IQ yang tinggi belum tentu mendapat jaminan
keberhasilan belajar.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian Learning Disfunction ?
2. Apa
faktor – faktor penyebab Learning Disfunction ?
3. Apa
ciri – ciri Learning Disfunction ?
4. Apa
gejala Learning Disfunction ?
5. Apa
dampak dari Learning Disfunction ?
6. Bagaimana
contoh kasus dari Learning Disfunction ?
7. Bagaimana
langkah – langkah penyelesaian Learning Disfunction ?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian dari Learning Disfunction.
2. Untuk
mengetahui ciri – ciri dari Learning Disfunction.
3. Untuk
mengetahui gejala dari Learning Disfunction.
4. Untuk
mengetahui dampak dari Learning Disfunction.
5. Untuk
mengetahui contoh kasus dari Learning Disfunction.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Learning Disfunction
Learning
disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan oleh siswa
tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak
menunjukkan adanya sub-normalitas mental, gangguan alat indra, atau gangguan
psikologis lainnya. Gangguan belajar ini berupa gejala proses belajar yang
tidak berfungsi dengan baik karena adanya gangguan syaraf otak sehingga
terjadinya gangguan pada salah satu tahap dalam proses belajarnya. Kondisi
semacam ini mengganggu kelancaran proses belajar secara keseluruhan.
B. Ciri
– Ciri Learning Disfunction
Ciri-ciri
tingkah laku yang merupakan manifiestasi dari kesulitan belajar dari Learning
disfunction, antara lain:
1) Hasil
belajar yang rendah, dibawah rata-rata dan tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan.
2) Lambat
dalam melaksanakan tugas kegiatan belajar (akademik) dan perkembangan
(development).
3) Menunjukkan
sikap (personality), tingkah laku, cara pikir dan gejala emosional yang kurang
wajar dalam proses belajar.
4) Tidak
setara antara IQ dan prestasi atau antara prestasi kecakapan (kepandaian)
dengan hasil perfect yang mestinya dicapai.
C. Gejala
Learning Disfunction
Beberapa
peilaku yang merupakan manisfestasi gejala kesulitan belajar, antara lain:
1.
Menunjukkan hasil belajar yang rendah di
bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau dibawah potensi yang
dimilikinya.
2.
Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan
usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada siswa yang sudah berusaha giat belajar,
tapi nilai yang diperolehnya selalu rendah.
3.
Lambat dalam melakukan tugas-tugas
kegiatan belajarnya dan selalu tertinggal dari kawan-kawannya dari waktu yang
disediakan.
4.
Menunjukkan sikap-sikap yang tidak
wajar, seperti: acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya.
5.
Menunjukkan perilaku yang berkelainan,
seperti membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah,
mengganggu di dalam atau pun di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak
teratur dalam kegiatan belajar, dan sebagainya.
6.
Menunjukkan gejala emosional yang kurang
wajar, seperti: pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira
dalam menghadapi situasi tertentu. Misalnya dalam menghadapi nilai rendah,
tidak menunjukkan perasaan sedih atau menyesal, dan sebagainya.
D. Dampak
dari Learning Disfunction
Kesulitan
belajar learning disfunction memiliki dampak pada beberapa aspek, seperti:
1.
Pendidikan
Kesulitan
belajar learning disfunction berdampak pada masalah pendidikan, yaitu: Adanya
Masing-masing kasus dikenal sebagai anak yang pandai, memiliki pengetahuan umum
yang luas, mudah dalam menangkap pelajaran dan cepat dalam menyelesaikan
tugas-tugas akademik yang diberikan, namun disisi lain disamping dikenal
memiliki kegagalan khusus dalam membaca atau juga cenderungmemiliki sikap-sikap
belajar yang kurang mendukung upaya pencapaian prestasi yang baik seperti:
malas, menyepelekan tugas, cepat bosan, kurang memperhatikan pelajaran,
akibatnya secara umum prestasinya rendah dibandingkan dengan potensi yang
dimilikinya.
2.
Penyesuaian sosial
Secara
sosial cenderung kurang mampu menjalin relasi sosial yang memuaskan dengan
lingkungannya yang ditandai dengan gejala kurang kooperatif, pendiam, dan
menarik diri.Dan mereka tidak dapat bersosialisasi dengan lingkungan secara
baik.
3.
Emosional
Secara
psikologis memiliki kesenjangan yang cukup signifikan antara skor test
kemampuan verbal dan performen, memiliki daya tangkap yang bagus, imajinatif
tinggin, cepat dalam menyelesaikan persoalan tetapi cenderung
hiperatif,emosional, terburu-buru, kurang pertimbangan, malas, mudah frustasi,
serta menolak dengan berbagai alasan.
Kondisi
neurologis (gangguan motorik) dan psikologis (gangguan persepsi atau
konsentrasi) merupakan faktor dominan yang melatar belakangi munculnya
kegagalan dalam penguasaan keterampilan dasar belajar anak yang memiliki
kelebihan diatas rata-rata. Akibat kondisi tersebut anak kurang mampu menguasai
keterampilan prasyarat belajar akademik yang dibutuhkan. Kondisi tersebut dapat
berdiri sendiri-sendiri atau muncul sebagai rangkaian sebab akibat.
Tak
jarang masalah yang timbul dari learning disfunction pada aspek emosional,
yaitu:
a. Tidak
bisa mengontrol emosi dengan baik.
b. Tidak
dapat mengelola emosi dengan baik.
Emosional
yang tidak wajar, seperti: pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau
kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu. Misalnya dalam menghadapi
nilai rendah, tidak menunjukkan perasaan sedih atau menyesal, dan sebagainya.
4.
Ekonomi
Masalah
yang timbul dari learning disfunction pada aspek ekonomi adalah orang yang
kesulitan belajar (learning disfunction) dibawah rata-rata dengan orang yang
tidak mengalami kesulitan belajar.Karena kebanyakan orang yang mengalami
learning disfunction jarang bisa menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat dan
tepat.Tetapi tak jarang ekonomi orang learning disfunction ini dapat diatas
rata-rata orang yang normal jika mereka maupun orang sekitar mereka mengetahui
bakat mereka dan mendukung mereka.
E. Contoh
Kasus Learning Disfunction
Siswa
yang yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi
atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka
dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik.
F. STUDI
KASUS
a) Diagnosis
A.
IDENTITAS KLIEN
1.
Nama :
Muhammmad Aprilyyanto Saputra (Yanto)
2.
Jenis Kelamin :
Laki-laki
3.
Tempat/ Tgl lahir :
Yogyakarta , 01 April 1996
4.
Agama : Islam
5.
Alamat Rumah : -
6.
No. Telp/ HP : -
7.
Status dalam keluarga : Anak pertama
dari 3 bersaudara
8.
Tinggal di rumah dengan : Kedua orang
tuanya dengan adik-adiknya
B.
IDENTITAS ORANG TUA
1.
Nama Ayah : Rebo
2.
Alamat Rumah : -
3.
Agama : Islam
4.
No.Telp/ HP : -
5.
Pekerjaan : TNI
6.
Pendidikan : -
7.
Penghasilan : -
1.
Nama Ibu :
Ema Sijaminingsih
2.
Alamat Rumah : -
3.
No Telp/ HP : -
4.
Agama : Islam
5.
Pekerjaan :
Wiraswasta (petani)
6.
Pendidikan : SMA
7.
Penghasilan : -
Indikator :
IDENTIFIKASI
KASUS
a. Narasi
Aprilianto di panggil Yanto adalah anak yang pendiam, kurang berprestasi di
sekolah, dia punya postur tubuh yang ideal untuk menjadi atlet volly namun
karena kurang belajar jadi dia tidak pandai dalam permainan volly.
b. Hasil
Pengumpulan data
1. Data
fisik : fisik sedang
dan termasuk tinggi, kulitnya sawo matang, wajah bulat
2. Hubungan
sosial : hubungan dengan keluarga
tidak baik dan dengan teman-temannya kurang baik
3. Data
psikologis : termasuk anak yang
sebenarnya punya bakat dalam hal olah raga hanya perlu bimbingan dan ajaran
agar dapat mengembangkan.
4. Data
pendidikan : nilai-nilainya sedang
5. Data
sosial ekonomi : dia berasal dari
keluarga menengah ke bawah yang setiap saat membantu orang tuanya sehingga
tidak bisa fokus dalam sekolahnya
b) Analisis
Data
1. Kelebihan
: Badan sehat
2. Kekurangan
: Kurang percayadiri, kurang motivasi
Sintesis
1. Keluarga : hubungan dengan keluarga baik
2. Prestasi :
sebenarnya anak ini pintar dalam hal olahraga tetapi kurang pengembangan
3. Sosial :hubungan
dengan teman baik
c)
Fasilitas Belajar dan Pendukung
1)
Kelengkapan belajar
(a)
Buku paket :
lengkap
(b)
Buku catatan : lengkap
(c)
Ruang belajar : tidak punya
2)
Bimbingan
(a)
Dari ayah : pernah
(b)
Dari ibu
: pernah
(c)
Dari saudara : pernah
d)
Waktu belajar
1)
Waktu belajar siswa kurang teratur.
2)
Siswa susah belajar karena harus membantu orang tua
e)
Kelakuan dan prestasi Klien
1)
Sikap pada teman : Cukup baik, tidak
membeda-bedakan teman.
2)
Sikap pada guru : Baik, tapi
masih merasa segan untuk bertanya.
3)
Prestasi
: Kurang baik/lambat, prestasi rendah.
Setelah menganalisa data konseli maka dapat disimpulkan konseli mempunyai
masalah dengan kesulitan mengembangan bakat yang dimiliki karena tidak ada
waktu untuk belajar.
d) Prognosis
Memberikan
layanan bimbingan pribadi melalui konseling individu. Dengan adanya konseling
individu peserta didik diharapkan dapat memahami dan mengarahkan bakatnya
dengan baik. Dengan cara melakukan langkah – langkah sebagai berikut :
1. Menyalurkan
peserta didik tersebut supaya mengikuti ekstrakulikuler voly.
2. Memberi
penjelasan kepada orang tua mengenai bakat peserta didik tersebut.
3. Melakukan
kolaborasi dengan guru olahraga.
e) Treatment
Memberi
layanan konseling kepada konseli sesuai kebutuhan yang sebelumnya telah
diberitahukan kepada konseli. Dalam konseling konselor memantau konseli apakah
ada perkembangan kearah yang lebih baik.Disini konselor memantau perkembangan
yanto apakah ada perkembangan setelah diadakannya latihan dan konseling sebulan
sebelumnya.
f) Tindak
Lanjut/ Follow Up
Mengevaluasi
terhadap layanan yang telah dilaksanakan apakah mencapai hasil seperti yang
diharapkan oleh konseli dan menjaga apa yang telah dicapai dalam konseling/
menjaga perilaku konseli yang telah berhasil diubah setelah mengikuti proses
konseling.
Konseli
dianjurkan untuk menerapkan teknik yang diajarkan sehingga mampu menghadapi
permasalahannya. Dan konseli diberikan pengertian bahwa ia sebenarnya mempunyai
bakat dalam olahraga volly. Dan apabila ia mau menekuni dan belajar dengan
giat, ada kemungkinan suatu saat yanto akan menjadi atlet voly.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Learning
disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan oleh siswa
tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak
menunjukkan adanya sub-normalitas mental, gangguan alat indra, atau gangguan
psikologis lainnya. Kesulitan belajar learning disfunction memiliki dampak pada
beberapa aspek, seperti: Pendidikan, Penyesuaian sosial, Emosional, Ekonomi.
Ciri-ciri tingkah laku yang merupakan manifiestasi dari kesulitan belajar dari
Learning disfunction, antara lain: Hasil belajar yang rendah, dibawah rata-rata
dan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, Lambat dalam melaksanakan tugas
kegiatan belajar (akademik) dan perkembangan (development), Menunjukkan sikap
(personality), tingkah laku, cara pikir dan gejala emosional yang kurang wajar
dalam proses belajar, Tidak setara antara IQ dan prestasi atau antara prestasi
kecakapan (kepandaian) dengan hasil perfect yang mestinya dicapai.
B. Saran
Sebagai
pembimbing siswa atau guru BK harus mengenali sejak dini ciri – ciri dari
learning disfunction, agar dalam memberikan penanganan dapat langsung kepada
siswanya. Dan untuk orang tua siswa, sebaiknya lebih peka terhadap perkembangan
siswa agar peserta didik tidak mudah terkena dampak dari learning disfunction
ini.