Kamis, 19 November 2015
Senin, 26 Oktober 2015
Senin, 08 Juni 2015
laporan observasi di sma
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Bimbingan
dan konseling perkembangan adalah layanan bimbingan dan konseling yang
dirancang dengan memfokuskan pada kebutuhan, kekuatan/kelemahan, minat dan
isue-isue yang berkaitan dengan tahapan perkembangan siswa dan merupakan bagian
penting dan integral dari keseluruhan program pendidikan. Didalam bimbingan dan
konseling perkembangan terdapat komponen yang sangat penting yaitu program
layanan bimbingan dan konseling komperhensif. Pada Gysbers dan Henderson (2000;
Gysbers, 2001) menyarankan bahwa program bimbingan dan konseling perkembangan
komperhensif sekolah yang benar adalah program yang terintegrasi baik dengan
kurikulum yang mendukung, misi sekolah dan pemerintahan daerah setempat, dan
melengkapi pada program-program akademik yang ada. Bimbingan dan konseling
merupakan layanan bimbingan yang memadukan layanan dasar, responsif,
perencanaan individual, dukungan sistem baik manajemen dan akuntabilitas
layanan untuk mencapai pelayanan yang maksimal. Layanan ini fokus pada semua
bidang layanan baik bidang pribadi, sosial, belajar, akademik dan bidang karir
pada semua peserta didik dalam setiap tahap perkembangannya.
Upaya
untuk memfasilitasi perkembangan peserta didik tersebut merupakan wilayah
garapan bimbingan dan konseling yang harus dilakukan secara proaktif dan
berbasis data tentang perkembangan peserta didik beserta faktor yang
mempengaruhinya. Dalam pelaksanaannya layanan bimbingan dan konseling
memerlukan kolaborasi antara konselor dengan pimpinan sekolah, guru mata
pelajaran, staf administrasi, orang tua peserta didik dan pihak-pihak terkait
lainnya. Sehubungan dengan hal tersebut maka diperlukan program bimbingan dan
konseling yang mewadahi seluruh kegiatan bimbingan dan konseling yang akan
diberikan kepada peserta didik dalam rangka menunjang tercapainya tujuan
pendidikan dan visi/misi di sekolah. Penyusunan program bimbingan dan konseling
hendaknya merujuk pada pedoman kurikulum dan berdasarkan kondisi objektif yang
berkaitan dengan kebutuhan nyata di sekolah yang disesuaikan dengan tahapan
perkembangan peserta didik sehingga program yang dilaksanakan merupakan program
yang realistik dan dapat mengembangkan potensi-potensi individu secara optimal
dan sesuai dengan tahap perkembangannya.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
pelaksanaan layanan BK di SMA N 1 Pengasih?
2. Bagaimana
perkembagan siswa disegala bidang perkembangan ?
C. Tujuan
1. Mengetahui
bagaimana pelaksanaan BK di SMA N 1 Pengasih.
2. Mengetahui
perkembangan siswa di segala bidang perkembangan.
D. Waktu
dan Tempat Observasi
1. Hari,
tanggal : Senin, 6 April 2015
2. Waktu : Pukul
09.00-10.30
3. Tempat : SMA NEGERI 1 PENGASIH
E. Metode
Observasi
1. Wawancara kepada Kepala Sekolah SMA Negeri 1
Pengasih
2. Wawancara
dengan Guru Bimbingan dan Konseling
3. Wawancara
kepada Peserta Didik
BAB II
PEMBAHASAN
A. Deskripsi
sekolah mengenai informasi tentang ke BK an.
a. Perbandingan
Guru Bimbingan Konseling dengan jumlah siswa
Di SMA N 1 Pengasih setelah melakukan wawancara
dengan koordinator guru BK diperoleh hasil sebagai berikut :
·
Jumlah siswa kelas X MIA dan IIS :
187 siswa
·
Jumlah siswa kelas XI MIA dan IIS :
192 siswa
·
Jumlah siswa kelas XII IPA dan IPS : 156 siswa
Dilihat dari jumlah siswa sebenarnya ini
melampaui jumlah 150 siswa per satu pembimbing atau guru BK. Tetapi karena di
SMA N 1 Pengasih ini guru Bimbingan dan Konseling mengikuti anak didik per
kelas misalnya guru pembimbing di kelas X akan melanjutkan lagi menjadi guru
pembimbing kelas XI dan XII nya.
b. Fasilitas
Pendukung ruang BK
Di
SMA N 1 Pengasih termasuk sudah lengkap untuk menunjang pemberian bimbingan
karena sudah adanya ruang :
·
Ruang Konseling kelompok
·
Ruang konseling pribadi
·
Ruang guru
·
Ruang tamu
·
Almari untuk dokumen
Tetapi menurut guru BK hal ini termasuk
kurang karena pada ruang bimbingan kelompok dan pribadi tidak terlalu rapat.
c. Latar
Belakang Pendidikan Guru BK
·
Dra. Salami lulusan dari Universitas
Negeri Yogyakarta dengan jurusan Bimbingan dan Konseling
·
dari Universitas Negeri Yogyakarta
dengan jurusan Bimbingan dan Konseling
·
dari IKIP PGRI Wates dengan jurusan
Bimbingan dan Konseling
d. Presepsi
Kepala Sekolah mengenai peran guru Bimbingan dan Konseling
Menurut
kepala sekolah guru BK sangat membantu dalam menangani peserta didik, bukan
hanya kenakalannya saja tetapi menunjang prestasi siswa. Misalnya saja saat
ujian SNMPTN tahun 2014 atas seleksi guru BK yang rajin mengarahkan siswa
sehingga di sekolah ini dapat mengahasilkan 50 siswa masuk PTN.
Dibalik itu untuk
urusan kedisiplinan guru BK juga sangat membantu untuk mendisiplinkan siswa
dalam menaati tata tertib di sekolah.
B. Paparan
Umum Pelaksanaan Layanan BK
a. Layanan
Dasar
Pelayanan
dasar diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada seluruh konseli melalui
kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara klasikal ataupun kelompok yang
disajikan secara sistematis dalam rangka mengembangkan perilaku jangka panjang
yang diperlukan dalam pengembangan kemampuan memilih dan mengambil keputusan
dalam menjalani hidupnya. Pelayanan ini bertujuan untuk membantu semua konseli
agar mencapai tugas – tugas perkembangannya. Fokus perilaku yang dikembangkan
menyangkut pribadi, sosial dan belajar dan karier.
Hasil observasi
di SMA N 1 Pengasih di peroleh informasi bahwa layanan dasar yang dilakukan
untuk memenuhi fungsi preventif dan pemberian informasi.
Di dalam fungsi preventif guru BK sering
memberikan layanan berupa bimbingan klasikal dan juga kelompok, dengan cara guru
BK melakukan kolaborasi seperti sosialisasi denagn pihak luar seperti kepolisian dan puskesmas. Materi
yang sering diberikan misalnya penyuluhan narkoba, Akibat dari sexs bebas. Selain
kolaborasi dengan pihak luar guru Bk juga sering memberikan materi preventif
sendiri. Pemberian layanan yang berupa pencegahan ini tergantung kebutuhan dari
peserta didik masing-masing.
Di dalam fungsi pemberian informasi guru
BK menggunakan media berupa papan bimbingan, memilih karier misalnya akan
meneruskan kuliah atau bekerja.
b. Layanan
Responsif
Pelayanan
responsif merupakan pemberian bantuan kepada konseli yang menghadapi kebutuhan
dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera, sebab jika tidak segera
dibantu dapat menimbulkan gangguanj dalam proses pencapaian tugas – tugas
perkembangan.
Di SMA N 1 Pengasih Permasalahan siswa
yang terjadi tidak ada yang kompleks, ada masalah kedisiplinan sekolah, tawuran
sampai melibatkan polisi,
Untuk masalah kedisiplinan sekolah
seperti terlambat, tidak mengikuti upacara penanganannya yaitu Sebelum ke guru
BK ditangani dulu oleh petugas piket tapi biasanya fleksibel dengan guru BK.
Setelah sampai ke guru BK , guru lalu menanyakan sebab dan akibat dahulu baru
memberikan sanksi yang bersifat pemberian efek jera. Prosedur siswa kesiangan
di SMA N 1 Pengasih adalah setelah 3x terlambat di panggil orang tua.
Untuk masalah tawuran penanganannya guru
BK berkolaborasi dengan sekolah lain mengenai masalah peserta didik dan juga melakukan
mediasi dengan guru BK sekolah lain sebagai mediator. Saat tawuran karena ada
salah satu siswa yang memakai senjata tajam yaitu memakai celurit, tawuran itu penanganannya
sampai melibatkan kepolisian.
c. Layanan
Perencanaan Individual
Perencanaan
Individual diartikan sebagai bantuan kepada konseli agar mampu merumuskan dan
melakukan aktifitas yang berkaitan dengan perencanaan masa depan berdasarkan
pemahaman akan kelebihan dan kekurangan dirinya, serta pemahaman akan peluang
dan kesempatan yang tersedia di lingkungannya.
Di
SMA N 1 Pengasih, berkaitan dengan perencanaan masa depan yang berhubungan
dengan karier, guru BK memberikan angket untuk mengetahui bakat dan minat,
serta Guru BK juga memfasilitasi melaksanakan tes IQ untuk penjurusan di kelas X. Guru BK juga membimbing siswa untuk
pemilihan jurusan tersebut.
Untuk
tahun 2014 siswa siswi di SMA N 1 Pengasih banyak yang di terima dalam tes
SNMPTN dan SBMPTN , hal ini guru BK juga ikut andil dalam memberikan arahan dan
bantuan kepada siswa , nilainya seperti apa ,minatnya di jurusan apa, dan
apakah siswa dalam akademik mampu untuk ke jurusan tersebut. Guru BK juga
memberikan semacam alternatif pilihan yang sesuai dengan nilai dan minatnya.
Pemberian
bimbingan karier berbeda menurut jenjang nya. Kesulitan guru BK nya adalah
masalah waktu.Karena adanya sertifikasi guru, jadi semua guru berlomba – lomba
dalam mencari jam masuk kelas sehingga mata pelajaran BK jadi terabaikan.
d. Dukungan
Sistem
Dukungan
sistem merupakan komponen pelayanan dan kegiatan manajemen, tata kerja,
infrastruktur ( misalnya teknologi dan informasi ), dan pengembangan kemampuan
profesional konselor secara berkelanjtan, yang secara tidak langsung memberikan
bantuan kepada konseli atau memfasilitasi kelancaran perkembangan konseli.
Di
SMA N 1 Pengasih Guru BK kolaborasi dengan guru mata pelajaran dan orang tua
siswa sangat baik. Dengan guru mata pelajaran misalnya mengenai keadaan siswa
di kelas, siswa sering ramai, tidak memperhatikan pelajaran, sering melamun,
disini guru mata pelajaran melaporkan ke wali kelas dan baru ke guru BK. Lalu
dengan orang tua siswa, misalnya dalam kasus bolos sekolah. Siswa lain melihat
siswa satu yang tidak berangkat sekolah berboncengan dengan teman lain, lalu
guru bk menelpon orang tua siswa, menanyakan kebenaran informasi, dan apabila
benar, guru bk meminta bantuan kepada orang tua, untuk menanyakan kepada siswa,
baru guru BK melaksanakan bimbingan pada siswa tersebut
Guru
BK sering mengikuti forum seminar dan MGBK setiap hari jumat, DIKLAT untuk
pemberian informasi pemberian layanan dasar.
Dukungan
untuk kelancaran program BK, di SMA N 1 Pengasih , ada jam masuk kelas untuk
guru BK selama 1 jam mata pelajaran.
Sarana
Prasarana menurut guru BK masih kurang, untuk ruangan sudah dipisah kan antara
bimbingan kelompok dan pribadi sudah dipisahkan tetapi belum tertutup
seluruhnya.
C. Deskripsi
Umum Tentang Perkembangan Siswa
D. Laporan
Kasus Menarik
Kasus menarik yang membuat guru BK agak kesulitan
dalam penanganannya yaitu saat anak kelas XII yang hatinya sangat sensitif.
Anak ini berjenis kelamin laki – laki yang saat itu sedang tren potongan rambut
yang menurut anak ini tren. Saat ada salah seorang guru mata pelajaran masuk ke
kelas anak itu, guru tersebut mengomentari potongan rambut anak tersebut,
akibatnya anak tersebut tidak mau berangkat sekolah selama berbulan – bulan,
sehingga memicu guru BK untuk home visit ke kediaman anak tersebut. Anak tersebut
tidak mau ditemui, setelah bisa dibujuk, anak tersebut minta mau pindah
sekolah, kalau tidak diperbolehkan ia tidak mau sekolah. Padahal ia sudah kelas
XII akhir semester 1, yang sebentar lagi mau UN, setelah guru BK home visit ke
rumah anak tersebut selama berminggu – minggu, anak tersebut mau bersekolah
asalkan guru mata pelajaran yang mengomentari gaya rambutnya tadi mau minta
maaf kepada nya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Sebagai calon guru pembimbing hendaknya
banyak belajar dari guru pembimbing yang sudah bekerja di sekolah dengan
harapan dapat memetik ilmu serta memperoleh pengalaman mengenai bimbingan dan
konseling serta bagaimana tingkat perkembangan peserta didik.
C.
Lampiran
1.
Foto
2.
Skrip
Wawancara dengan Guru BK (konselor sekolah)
Pertanyaan
umum pembuka
1. Nama
guru Bk di SMA N 1 Pengasih?
2. Jumlah
guru Bk di SMA N 1 Pengasih?
3. Latar
belakang pendidikan setiap guru BK?
4. Mulai
bekerja di SMA N 1 Pengasih?
5. Jumlah
murid di SMA N 1 Pengasih?
6. Pembagian
siswa yang di ampu?
7. Jumlah
siswa yang diampu oleh setiap guru BK?
a.
Layanan
Dasar
Ø Layanan yang bersifat preventif (pencegahan)
di SMAN 1 Pengasih bentuknya seperti apa?
Ø Bagaimana sistematika pemberian layanannya?
Ø Hal ini di berikan secara bimbingan klasikal,
kelompok atau keduanya?
Ø Kerjasama dengan pihak luar seperti apa?
Ø Layanan yang bentuknya pemberian informasi
itu seperti apa?
Ø Bentuknya bimbingan klasikal, kelompok atau
klasikal kelompok?
Ø Pembagian materi antara kelas X, XI, XII itu
sama atau tidak ?
b.
Layanan
Responsif
Ø Permasalahan siswa yang sering terjadi ?
Ø Bila ada siswa yang membolos, merokok di
lingkungan sekolah, berpacaran apa tindakan dari guru BK ?
Ø Masalah yang paling komplek yang pernah
terjadi di SMAN 1 Pengasih ?
c.
Layanan
Perencanaan Individual
Ø Bagaimana
pelaksanaan layanan perencanaan individual di SMA N 1 Pengasih?
Ø Program-program
yang diberikan kepada peserta didik mengenai layanan perencanaan individual?
Ø Strategi
dalam melakukan layanan perencanaan individual?
Ø Biasanya
berdasarkan apa pemberian layanan perencanaan individual?
Ø Pemberian
layanan perencanaan individual di SMA N 1 Pengasih, apakah tiap tingkatan
dibedakan, dan perbedaannya seperti apa?
Ø Layanan
perencanaan individual untuk kelas 10 seperti apa?
Ø Layanan
perencanaan individual untuk kelas 11 bagaimana?
Ø Layanan
perencanaan individual untuk kelas 12?
Ø Layanan
yang diberikan kepada siswa khususnya untuk melanjutkan perguruan tinggi dan
bekerja?
Ø Peran
konselor dalam layanan perencanaan individual di SMA N 1 Pengasih?
Ø Kolaborasi
dengan pihak lain mengenai layanan perencanaan individual?
Ø Hambatan
atau kesulitan dalam melaksanakan layanan perencanaan individual?
d.
Dukungan
Sistem
Ø Bagaimana networking BK di SMAN 1 Pengasih ?
Ø Hubungan konsultasi dengan guru-guru mata
pelajaran, orang tua siswa maupun dengan guru BK di sekolah lain?
Ø Bagaimana kerjasama atau kolaborasi dengan
pihak lain yang terkait dengan pengembangan BK di SMAN 1 Pengasih?
Ø Apakah Ibu sering mengikuti seminar untuk
mengupdate informasi tengtang ke BK-an ?
Ø Apakah Ibu aktif dalam organisasi BK
(MGBK/ABKIN,Dll) ?
Ø Kendala apa saja yang muncul dalam
pengembangan dukungan sistem yang ada di SMAN 1 Pengasih ?
Ø Bagaimana mengatasi kendala tersebut ?
Ø Bagaimana dukungan pihak sekolah terhadap
pengembangan BK di SMAN 1 Pengasih ?
Ø Bagaimana keberhasilan BK di SMAN 1 Pengasih
?
Ø Suka duka guru BK dalam pengembangan
pelayanan BK di sekolah ?
Pertanyaan
umum penutup
1. Kesan-kesan
atau suka duka menjadi guru BK?
2. Masukan
untuk kami sebagai calon konselor?
3.
Dokumen
pendukung lainnya
Minggu, 31 Mei 2015
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan karunianya sehingga
kami dapat menyusun tugas ini tepat pada waktunya. Dalam penyusunan tugas
ini,kami banyak mendapatkan tantangan dan hambatan akan tetapi dengan berdiskusi maka tantangan itu bisa teratasi.
Tidak
lupa kami mengucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah Bimbingan Konseling
Belajar yang telah membantu dan membimbing kami dalam mengerjakan tugas ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman – teman mahasiswa yang juga
memberi kontribusi baik langsung maupun
tidak langsung.
Tentunya
ada hal-hal yang ingin kami berikan kepada teman-teman dari hasil tugas diskusi
ini. Karena itu kami berharap semoga hasil tugas ini dapat menjadi sesuatu yang
berguna bagi kita bersama.
Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi bentuk
maupun materinya. Kritik yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan tugas selanjutnya,
Akhir
kata semoga tugas ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Yogyakarta, April 2015
Penyusun
DAFTAR
ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Belajar
adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsure yang sangat fundamental
dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. ini berarti bahwa
berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada
proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada dalam sekolah maupun
di lingkungan rumah atau keluarga sendiri.
Pada
masa sekarang ini banyak sekali anak-anak mengalami kesulitan dalam belajar.
Hal tersebut tidak hanya dialami oleh siswa-siswa yang berkemampuan kurang saja.
Hal tersebut juga dialami oleh siswa-siswa yang berkemampuan tinggi. Selain
itu, siswa yang berkemampuan rata-rata juga mengalami kesulitan dalam belajar.
Sedang yang namanya kesulitan belajar itu merupakan kondisi proses belajar yang
ditandai oleg hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai kesuksesan.
Kesulitan
belajar ini tidak selalu disebabkan oleh faktor intelegensi yang rendah
(kelainan mental) akan tetapi juga disebabkan oleh faktor-faktor
non-intelegensi. Dengan demikian, IQ yang tinggi belum tentu mendapat jaminan
keberhasilan belajar.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian Learning Disfunction ?
2. Apa
faktor – faktor penyebab Learning Disfunction ?
3. Apa
ciri – ciri Learning Disfunction ?
4. Apa
gejala Learning Disfunction ?
5. Apa
dampak dari Learning Disfunction ?
6. Bagaimana
contoh kasus dari Learning Disfunction ?
7. Bagaimana
langkah – langkah penyelesaian Learning Disfunction ?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian dari Learning Disfunction.
2. Untuk
mengetahui ciri – ciri dari Learning Disfunction.
3. Untuk
mengetahui gejala dari Learning Disfunction.
4. Untuk
mengetahui dampak dari Learning Disfunction.
5. Untuk
mengetahui contoh kasus dari Learning Disfunction.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Learning Disfunction
Learning
disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan oleh siswa
tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak
menunjukkan adanya sub-normalitas mental, gangguan alat indra, atau gangguan
psikologis lainnya. Gangguan belajar ini berupa gejala proses belajar yang
tidak berfungsi dengan baik karena adanya gangguan syaraf otak sehingga
terjadinya gangguan pada salah satu tahap dalam proses belajarnya. Kondisi
semacam ini mengganggu kelancaran proses belajar secara keseluruhan.
B. Ciri
– Ciri Learning Disfunction
Ciri-ciri
tingkah laku yang merupakan manifiestasi dari kesulitan belajar dari Learning
disfunction, antara lain:
1) Hasil
belajar yang rendah, dibawah rata-rata dan tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan.
2) Lambat
dalam melaksanakan tugas kegiatan belajar (akademik) dan perkembangan
(development).
3) Menunjukkan
sikap (personality), tingkah laku, cara pikir dan gejala emosional yang kurang
wajar dalam proses belajar.
4) Tidak
setara antara IQ dan prestasi atau antara prestasi kecakapan (kepandaian)
dengan hasil perfect yang mestinya dicapai.
C. Gejala
Learning Disfunction
Beberapa
peilaku yang merupakan manisfestasi gejala kesulitan belajar, antara lain:
1.
Menunjukkan hasil belajar yang rendah di
bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau dibawah potensi yang
dimilikinya.
2.
Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan
usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada siswa yang sudah berusaha giat belajar,
tapi nilai yang diperolehnya selalu rendah.
3.
Lambat dalam melakukan tugas-tugas
kegiatan belajarnya dan selalu tertinggal dari kawan-kawannya dari waktu yang
disediakan.
4.
Menunjukkan sikap-sikap yang tidak
wajar, seperti: acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya.
5.
Menunjukkan perilaku yang berkelainan,
seperti membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah,
mengganggu di dalam atau pun di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak
teratur dalam kegiatan belajar, dan sebagainya.
6.
Menunjukkan gejala emosional yang kurang
wajar, seperti: pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira
dalam menghadapi situasi tertentu. Misalnya dalam menghadapi nilai rendah,
tidak menunjukkan perasaan sedih atau menyesal, dan sebagainya.
D. Dampak
dari Learning Disfunction
Kesulitan
belajar learning disfunction memiliki dampak pada beberapa aspek, seperti:
1.
Pendidikan
Kesulitan
belajar learning disfunction berdampak pada masalah pendidikan, yaitu: Adanya
Masing-masing kasus dikenal sebagai anak yang pandai, memiliki pengetahuan umum
yang luas, mudah dalam menangkap pelajaran dan cepat dalam menyelesaikan
tugas-tugas akademik yang diberikan, namun disisi lain disamping dikenal
memiliki kegagalan khusus dalam membaca atau juga cenderungmemiliki sikap-sikap
belajar yang kurang mendukung upaya pencapaian prestasi yang baik seperti:
malas, menyepelekan tugas, cepat bosan, kurang memperhatikan pelajaran,
akibatnya secara umum prestasinya rendah dibandingkan dengan potensi yang
dimilikinya.
2.
Penyesuaian sosial
Secara
sosial cenderung kurang mampu menjalin relasi sosial yang memuaskan dengan
lingkungannya yang ditandai dengan gejala kurang kooperatif, pendiam, dan
menarik diri.Dan mereka tidak dapat bersosialisasi dengan lingkungan secara
baik.
3.
Emosional
Secara
psikologis memiliki kesenjangan yang cukup signifikan antara skor test
kemampuan verbal dan performen, memiliki daya tangkap yang bagus, imajinatif
tinggin, cepat dalam menyelesaikan persoalan tetapi cenderung
hiperatif,emosional, terburu-buru, kurang pertimbangan, malas, mudah frustasi,
serta menolak dengan berbagai alasan.
Kondisi
neurologis (gangguan motorik) dan psikologis (gangguan persepsi atau
konsentrasi) merupakan faktor dominan yang melatar belakangi munculnya
kegagalan dalam penguasaan keterampilan dasar belajar anak yang memiliki
kelebihan diatas rata-rata. Akibat kondisi tersebut anak kurang mampu menguasai
keterampilan prasyarat belajar akademik yang dibutuhkan. Kondisi tersebut dapat
berdiri sendiri-sendiri atau muncul sebagai rangkaian sebab akibat.
Tak
jarang masalah yang timbul dari learning disfunction pada aspek emosional,
yaitu:
a. Tidak
bisa mengontrol emosi dengan baik.
b. Tidak
dapat mengelola emosi dengan baik.
Emosional
yang tidak wajar, seperti: pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau
kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu. Misalnya dalam menghadapi
nilai rendah, tidak menunjukkan perasaan sedih atau menyesal, dan sebagainya.
4.
Ekonomi
Masalah
yang timbul dari learning disfunction pada aspek ekonomi adalah orang yang
kesulitan belajar (learning disfunction) dibawah rata-rata dengan orang yang
tidak mengalami kesulitan belajar.Karena kebanyakan orang yang mengalami
learning disfunction jarang bisa menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat dan
tepat.Tetapi tak jarang ekonomi orang learning disfunction ini dapat diatas
rata-rata orang yang normal jika mereka maupun orang sekitar mereka mengetahui
bakat mereka dan mendukung mereka.
E. Contoh
Kasus Learning Disfunction
Siswa
yang yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi
atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka
dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik.
F. STUDI
KASUS
a) Diagnosis
A.
IDENTITAS KLIEN
1.
Nama :
Muhammmad Aprilyyanto Saputra (Yanto)
2.
Jenis Kelamin :
Laki-laki
3.
Tempat/ Tgl lahir :
Yogyakarta , 01 April 1996
4.
Agama : Islam
5.
Alamat Rumah : -
6.
No. Telp/ HP : -
7.
Status dalam keluarga : Anak pertama
dari 3 bersaudara
8.
Tinggal di rumah dengan : Kedua orang
tuanya dengan adik-adiknya
B.
IDENTITAS ORANG TUA
1.
Nama Ayah : Rebo
2.
Alamat Rumah : -
3.
Agama : Islam
4.
No.Telp/ HP : -
5.
Pekerjaan : TNI
6.
Pendidikan : -
7.
Penghasilan : -
1.
Nama Ibu :
Ema Sijaminingsih
2.
Alamat Rumah : -
3.
No Telp/ HP : -
4.
Agama : Islam
5.
Pekerjaan :
Wiraswasta (petani)
6.
Pendidikan : SMA
7.
Penghasilan : -
Indikator :
IDENTIFIKASI
KASUS
a. Narasi
Aprilianto di panggil Yanto adalah anak yang pendiam, kurang berprestasi di
sekolah, dia punya postur tubuh yang ideal untuk menjadi atlet volly namun
karena kurang belajar jadi dia tidak pandai dalam permainan volly.
b. Hasil
Pengumpulan data
1. Data
fisik : fisik sedang
dan termasuk tinggi, kulitnya sawo matang, wajah bulat
2. Hubungan
sosial : hubungan dengan keluarga
tidak baik dan dengan teman-temannya kurang baik
3. Data
psikologis : termasuk anak yang
sebenarnya punya bakat dalam hal olah raga hanya perlu bimbingan dan ajaran
agar dapat mengembangkan.
4. Data
pendidikan : nilai-nilainya sedang
5. Data
sosial ekonomi : dia berasal dari
keluarga menengah ke bawah yang setiap saat membantu orang tuanya sehingga
tidak bisa fokus dalam sekolahnya
b) Analisis
Data
1. Kelebihan
: Badan sehat
2. Kekurangan
: Kurang percayadiri, kurang motivasi
Sintesis
1. Keluarga : hubungan dengan keluarga baik
2. Prestasi :
sebenarnya anak ini pintar dalam hal olahraga tetapi kurang pengembangan
3. Sosial :hubungan
dengan teman baik
c)
Fasilitas Belajar dan Pendukung
1)
Kelengkapan belajar
(a)
Buku paket :
lengkap
(b)
Buku catatan : lengkap
(c)
Ruang belajar : tidak punya
2)
Bimbingan
(a)
Dari ayah : pernah
(b)
Dari ibu
: pernah
(c)
Dari saudara : pernah
d)
Waktu belajar
1)
Waktu belajar siswa kurang teratur.
2)
Siswa susah belajar karena harus membantu orang tua
e)
Kelakuan dan prestasi Klien
1)
Sikap pada teman : Cukup baik, tidak
membeda-bedakan teman.
2)
Sikap pada guru : Baik, tapi
masih merasa segan untuk bertanya.
3)
Prestasi
: Kurang baik/lambat, prestasi rendah.
Setelah menganalisa data konseli maka dapat disimpulkan konseli mempunyai
masalah dengan kesulitan mengembangan bakat yang dimiliki karena tidak ada
waktu untuk belajar.
d) Prognosis
Memberikan
layanan bimbingan pribadi melalui konseling individu. Dengan adanya konseling
individu peserta didik diharapkan dapat memahami dan mengarahkan bakatnya
dengan baik. Dengan cara melakukan langkah – langkah sebagai berikut :
1. Menyalurkan
peserta didik tersebut supaya mengikuti ekstrakulikuler voly.
2. Memberi
penjelasan kepada orang tua mengenai bakat peserta didik tersebut.
3. Melakukan
kolaborasi dengan guru olahraga.
e) Treatment
Memberi
layanan konseling kepada konseli sesuai kebutuhan yang sebelumnya telah
diberitahukan kepada konseli. Dalam konseling konselor memantau konseli apakah
ada perkembangan kearah yang lebih baik.Disini konselor memantau perkembangan
yanto apakah ada perkembangan setelah diadakannya latihan dan konseling sebulan
sebelumnya.
f) Tindak
Lanjut/ Follow Up
Mengevaluasi
terhadap layanan yang telah dilaksanakan apakah mencapai hasil seperti yang
diharapkan oleh konseli dan menjaga apa yang telah dicapai dalam konseling/
menjaga perilaku konseli yang telah berhasil diubah setelah mengikuti proses
konseling.
Konseli
dianjurkan untuk menerapkan teknik yang diajarkan sehingga mampu menghadapi
permasalahannya. Dan konseli diberikan pengertian bahwa ia sebenarnya mempunyai
bakat dalam olahraga volly. Dan apabila ia mau menekuni dan belajar dengan
giat, ada kemungkinan suatu saat yanto akan menjadi atlet voly.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Learning
disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan oleh siswa
tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak
menunjukkan adanya sub-normalitas mental, gangguan alat indra, atau gangguan
psikologis lainnya. Kesulitan belajar learning disfunction memiliki dampak pada
beberapa aspek, seperti: Pendidikan, Penyesuaian sosial, Emosional, Ekonomi.
Ciri-ciri tingkah laku yang merupakan manifiestasi dari kesulitan belajar dari
Learning disfunction, antara lain: Hasil belajar yang rendah, dibawah rata-rata
dan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, Lambat dalam melaksanakan tugas
kegiatan belajar (akademik) dan perkembangan (development), Menunjukkan sikap
(personality), tingkah laku, cara pikir dan gejala emosional yang kurang wajar
dalam proses belajar, Tidak setara antara IQ dan prestasi atau antara prestasi
kecakapan (kepandaian) dengan hasil perfect yang mestinya dicapai.
B. Saran
Sebagai
pembimbing siswa atau guru BK harus mengenali sejak dini ciri – ciri dari
learning disfunction, agar dalam memberikan penanganan dapat langsung kepada
siswanya. Dan untuk orang tua siswa, sebaiknya lebih peka terhadap perkembangan
siswa agar peserta didik tidak mudah terkena dampak dari learning disfunction
ini.
Langganan:
Postingan (Atom)